loading...
loading...
Beberapa minggu paling akhir, masyarakat Indonesia pernah ramai dalam perbicangan unik perihal gejala spesifik yang muncul pada badan manusia saat terpapar sinyal Wi-Fi. Ya tanda Wi-Fi dituduh sebagai pemicu sebagian masalah kesehatan ringan pada manusia.
Dalam pembicaraan seputar efek Wi-Fi ini mereka menyebutnya sebagai alergi Wi-Fi. Berdasar pada pernyataan beberapa orang, sebagian mengaku merasakan sakit ringan berbentuk pusing atau sakit kepala, sampai pada iritasi kulit yang aneh.
Mereka menuduh bahwa masalah itu muncul akibat dari paparan tanda gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh router Wi-Fi di sekelilingnya.
Apakah benar tanda-tanda itu? bagaimana penjelasan ilmiah yang dapat dipercaya serta dijadikan dasar dari alergi Wi-Fi? Berikut paparannya, seperti yang diambil dari laman CNN.
Ternyata gejala yang terlihat disebabkan paparan Wi-Fi atau dikatakan sebagai alergi Wi-Fi itu memang dapat dijelaskan dengan cara ilmiah. Bahkan juga World Health Organization (WHO) sudah mengklasifikasikan gejala medis itu dengan nama electromagnetic hypersensitivity (EHS).
Masalah terakhir yang pernah menghebohkan publik, terutama jadi pembicaraan di orang-orang Inggris yaitu masalah alergi electromagnetic hypersensitivity (EHS) atau alergi Wi-Fi yang bahkan hingga melemahkan tubuh mereka serta membuat kehidupan mereka berubah dengan cara dramatis. Pasalnya, didunia yang semakin terhubung seperti saat ini, terutama di dalam Kota besar, setiap petak pasti ada sinyal Wi-Fi dengan medium kemampuan gelombang elektromagnetik yang bervariasi.
Hal inilah yang pada akhirnya membuat sebagian penderita alergi Wi-Fi mengaku mengalami penyakit electromagnetic hypersensitivity (EHS) dan sudah membuat alergi itu mengubah drastis kehidupan mereka. Tidak main-main, bahkan ada laporan dari Inggris, seseorang anak gadis berusia 15 tahun di Inggris diketemukan mati bunuh diri setelah sekian tahun dirinya menjalankan hidup dengan alergi electromagnetic hypersensitivity (EHS) atau alergi Wi-Fi.
Dalam kesaksian ibu si gadis itu di pengadilan Inggris pada 19 Novermber lalu, sinyal Wi-Fi di sekolahnya membuat gadis itu mabuk dan mendatangkan serangan sakit kepala, hingga mambuatnya susah untuk berkonsentrasi. Gejala umum yang dialami si gadis itu lantaran alergi Wi-Fi umumnya berbentuk sakit kepala, kulit gatal dan ruam, perdarahan di hidung, pusing dan jantung berdebar-debar. Gejala ini muncul cuma selama jam sekolah serta dokter juga tidak dapat mendiagnosisnya.
Lalu bagaimana penjelasan medis perihal alergi Wi-Fi ini?
Ternyata walaupun WHO sudah menyebutkan dalam website resminya bahwa memang terdapat banyak masalah orang yang menderita alergi pada gelombang elektromagnetik atau alergi pada gelombang Wi-Fi, tetapi sebenarnya WHO menyatakan bahwa electromagnetic hypersensitivity (EHS) bukanlah suatu gejala medis.
Sebab, tidak ada dasar ilmu pengetahuan yang menyampaikan bila gejala EHS mempunyai hubungan dengan paparan frekwensi elektromagnetik.
Hasil penelitian terbaru yang mempelajari perihal alergi Wi-Fi itu pernah dipublikasikan dalam studi Rubin pada th. 2009 lalu. Dengan melibatkan sekitar 1. 000 orang yang mengidap electromagnetic hypersensitivity (EHS). Hasil akhir studi menyimpulkan sinyal Wi-Fi bukanlah tersangka utama. umumnya gejala kesehatan yang mereka alami yaitu karena keadaan kesehatan dan lingkungan.
Bahkan juga ada kemungkinan seseorang yang ada di dekat sinyal Wi-Fi merasa tersugesti bahwa paparan gelombang elektromagnetik sudah merubah badannya. Hal semacam ini juga yang menjadi disebabkan seseorang dapat langsung pusing saat pikirkan dampak buruk dari sinyal elektromagnetik pada tubuh.
Sumber:aksicepattanggap.blogdetik.com
loading...