Buang Cottonbud..!! Lakukan Ini Untuk Membersihkan Telinga, Karena Cara Ini Sangat Efektif

loading...
loading...

Penyakit seperti migrain, insomnia, pusing-pusing hingga stres satu diantara pemicunya berasal dari t4hi kuping. Tetapi jangan khawatir, semua permasalahan ini dapat diatasi dengan therapy lilin. 

Therapy lilin memang sudah sering didengar sebagai penyembuhan alternatif yang menyehatkan. Tetapi beberapa orang yang belum begitu tahu perihal manfaat apa saja yang didapatkan karena therapy lilin bukan sekedar membuang tahi kuping. 

Namanya memang therapy lilin, namun bukan bermakna lilin yang dipakai yaitu lilin ketika mati lampu. Hanya karena memiliki bentuk saja yang seperti lilin, jadi diberi nama therapy lilin. 

Therapy yang berasal dari Amerika itu konon banyak dikerjakan oleh suku Indian. Dulu, mereka memakai kulit jagung yang dilapis sarang tawon untuk membuat sejenis cerobong yang memiliki bentuk diibaratkan seperti lilin. 

Kulit jagung saat ini diganti oleh bahan 'lenen', yakni nama bahan yang umum dipakai untuk membuat kain. Kemudian, lenen dilapis oleh sarang tawon yang di ketahui mempunyai campuran chamomile serta sage. Chamomile yaitu zat yang dapat membawa efek relaksasi sedangkan sage adalah zat yang bisa membunuh kuman serta jamur. 

Kombinasi lenen serta sarang tawon lalu digulung menyerupai batangan lilin. Panjang lilin yaitu 15 cm serta satu kali therapy biasanya membutuhkan 6 buah lilin, fungsinya untuk merangsang, mengangkat dan bersihkan semua kotoran telinga. 

Prinsip therapy lilin sesungguhnya adalah mengeluarkan kotoran, bakteri serta jamur melalui tekanan osmosis di telinga. 

Sesudah bahan-bahanya siap, lilin ditempelkan dengan posisi vertikal pada telinga, ujung lilin lalu dibakar. Panas dan asap yang dihasilkan akan masuk ke rongga-rongga telinga serta membuat tekanan di dalamnya meningkat. Hal semacam ini akan membuat kotoran, bakteri dan jamur terdorong ke luar dari telinga. 

Therapy yang hanya memerlukan waktu lebih kurang dua jam itu tidak akan terasa sakit di telinga, seperti yang umumnya terjadi di dokter-dokter THT. 

 " Bahkan juga banyak pengunjung yang tertidur ketika therapy, saking enak dan menenangkannya, " tutur Dra. Susana Budiman, terapis yang membuka praktik therapy lilin 'Ear Candle Center' di kawasan Jakarta Barat, Selasa (14/7/2009). 

Efek yang langsung dirasakan sesudah melakukan therapy yaitu kepala jadi enteng serta pendengaran bertambah tajam, bahkan orang bisu pun bisa bicara kembali. 

 " Saya mempunyai pasien yang sejak lahirnya bisu karena terendam air ketuban didalam rahim ibunya. Saat usia tiga th., ia mulai melakukan therapy ini serta saya juga kaget saat ia mulai bisa bicara, padahal baru beberapa kali therapy, " tutur Dra. Susana. 

Therapy lilin memang bisa dimulai mulai sejak dini. Bayi yang berusia tiga bln. juga sudah bisa lakukan terapi ini. Hal semacam ini dikarenakan mekanisme kerjanya yang aman dan alami, sehingga tak menyebabkan trauma untuk si anak. 

Menurut Susana, ada bakteri, jamur dan kotoran yang bersarang didalam telinga akan mengurangi jumlah oksigen yang bersih di otak. Hal inilah yang mencetus sebagian penyakit seperti migrain, sinusitis, asma, vertigo (pusing), insomnia, bahkan depresi. 

Polusi di lingkungan sekitar juga jadi satu diantara pemicu berkembangnya tahi kuping. " Itulah penyebab kenapa tahi kuping orang Indonesia kebanyakan berwarna coklat kehitaman dan agak keras, ya karena tingkat polusi di Indonesia memang tinggi, " kata Dra. Susana. 

Masalah membersihkan tahi kuping memang bebrapa gampang susah. Gampang karena cukup bersihkan kotoran kecil saja, susah karena memerlukan perawatan dan biaya yang lebih mahal bila sudah mengganggu pendengaran bahkan menimbulkankomplikasi penyakit. 

Perawatan sederhana yang bisa dikerjakan sehari-hari sesungguhnya bisa mencegah penumpukan tahi kuping, seperti membersihkan kotoran menggunakan alat yang benar dan menggunakan penutup telinga saat mandi, berenang atau naik pesawat.


 " Gunakan alat pengangkat kotoran telinga yang benar, baru cottonbud untuk membersihkannya, " ucap Susanna. 

Menurutnya, penggunaan cottonbud saja justru bisa mendorong kotoran semakin ke dalam, bahkan memecahkan gendang telinga bila terlalu dalam.
loading...

Subscribe to receive free email updates: